Serangkaian aksi
kekerasan terus terjadi di tanah Papua, namun hampir tak ada kasus yang
berhasil diungkap. Kondisi ini mencerminkan Pemerintah terkesan melakukan pembiaran, sehingga justru
menyuburkan aspirasi Papua merdeka.
Orang
Papua terus dibunuh, namun tidak ada pelaku yang berhasil diproses," kata
Pendeta Benny Giay. "Ini semakin menguatkan bahwa kekekerasan itu
dilakukan Negara dan berlangsung secara sistematis," ucap Ketua Sinode
Kingmi di Tanah Papua itu, Rabu 2 Mei 2012.
Lanjut
dia, selain berbagai penembakan terhadap warga Papua, kekerasan lain yang juga dilakukan pemerintah yakni pemenuhan
terhadap hak sosial, ekonomi dan budaya. “Berbagai fakta terhadap kasus yang
terjadi di tanah Papua, pemerintah RI dan TNI cenderung menyederhanakan masalah
dan tidak peduli. Dan ironisnya selalu menyelesaikan masalah hanya dengan
stigma politik makar, agar ujung-ujungnya diselesaikan dengan pendekatan keamanan.
Hal
ini, sambung dia, semakin menyuburkan aspirasi Papua Merdeka di setiap warga Papua.
Karena negara dianggap tidak menghargai hak asasi manusia, orang Papua kemudian
semakin kuat nasionalismenya akan kemerdekaan bangsa Papua.Ketua
Umum Gereja-gereja Baptis di Papua Pendeta Socratez Sofyan Nyoman mengatakan
hal senada, bahwa Pemerintah RI telah melakukan kejahatan secara sistematis dan
terstruktur. Ini dibuktikan, dengan serangkaian aksi kekerasan yang aktornya
tidak pernah terungkap dan ditangkap.“Kejahatan Negara di Papua sudah
berlangsung sejak lama, dengan merendahkan martabat orang Papua, yakni
menembakinya tapi pelaku tak pernah diproses sesuai dengan hukum.
Dengan
kondisi seperti ini, ucap dia, Pemerintah RI telah gagal membangun rasa
nasionalisme orang Papua sebagai bagian dari Indonesia, sebaliknya berhasil
menyuburkan nasionalisme orang Papua akan kemerdekaan Bangsa Papua. “Rakyat
Papua sudah kehilangan kepercayaan kepada Pemerintah, dan yang ada hanya
keinginan Merdeka, ini dibuktikan dengan berkibarnya ribuan bendera bintang
kejora seantero Papua, 1 Mei kemarin, tepat pada peringatan aneksasi (pengambilan dengan
paksa tanah orang atau negara lain untuk dipersatukan dengan negara sendiri) Papua
ke NKRI.
Solusi
atas segala permasalahan Papua, kata Pendeta Socratez, adalah dialog antara
Papua dengan Pemerintah yang dimediasi pihak ketiga. "Jalan keluar dari
segala persoalan di Papua, hanya dialog.
Pemerhati
HAM Papua yang juga mantan Wakil Ketua Perwakilan Komnas HAM Papua Marius Murib
mengatakan, dalam unjuk rasa 1 Mei ada 3
kelompok berbeda yang menggelar aksi demo. Satu kelompok massa yang berdemo di
makam Theys H Eluay di Sentani yang mengaku orang asli Papua namun bukan bagian
dari Komite Nasional Papua Barat. Dalam aksi ini, 13 orang kemudian ditangkap
karena mengibarkan bendera bintang kejora.Aksi
unjuk rasa di Jayapura di bawah komando KNPB. Di Manokwari, Biak, Merauke dan
Serui banyak Bintang Kejora berkibar.
Kemudian,
di depan Koramil Abepura ada satu mahasiswa atas nama Terjoli Waea yang tinggal
di asrama Tolikara tertembak mati di dalam truk. Diautopsi di rumah sakit dan
dibawa pulang ke Asrama Tolikara.Penembakan warga di depan Koramil Abepura ini, kata Marius, harus dijelaskan.
“Ini bukan di tengah hutan, bisa beralasan dilakukan orang tak dikenal. Ini di
dalam kota dan masih pukul 7 malam, jadi harus diungkap siapa pelakunya.
Kemudian,
ada kasus tahanan di Lapas Abepura, Selpius Bobi, dipindahkan paksa ke Polda.
"Diduga melawan, sehingga polisi dari Polsekta Abepura dan Polres datang
dan membawanya ke Polda Papua," kata Marius. Kemudian ada pula Kejadian di
depan Mako Brimob Kotaraja, warga non-Papua dianiaya dan anggota TNI, belum didalami
secara baik.
0 komentar:
Posting Komentar